MEDAN, IndoBisnis – Menjelang Pilkada Serentak 2024, isu ancaman terhadap demokrasi di Sumatera Utara (Sumut) kembali mencuat. Sejumlah tokoh nasional dan aktivis politik berkumpul dalam Forum Demokrasi bertajuk
“Selamatkan Demokrasi di Sumatera Utara” yang digelar di Le Polonia Hotel, Medan, Minggu (17/11/2024).
Diskusi ini menjadi wadah untuk mengungkap kegelisahan terhadap berbagai praktik buruk yang dinilai mencederai demokrasi, mulai dari politik uang hingga kualitas kepemimpinan yang dipaksakan
Doktor Ilmu Politik Ikrar Nusa Bakti membuka forum dengan pembahasan mengenai tirani kekuasaan yang dianggap menjadi ancaman serius bagi demokrasi.
“Demokrasi di Sumatera Utara terancam oleh praktik tirani kekuasaan yang mengabaikan aspirasi rakyat. Kita perlu melawan segala bentuk penindasan ini demi masa depan demokrasi yang sehat,” ujar Ikrar.
Selanjutnya, Usman Hamid menyoroti maraknya politik uang yang dinilai merusak integritas pemilu. Ia mengingatkan pentingnya kesadaran masyarakat untuk menolak iming-iming materi demi kepentingan jangka panjang.
“Politik uang tidak hanya melecehkan suara rakyat, tetapi juga menghancurkan fondasi demokrasi. Kita harus berani melawan,” tegas Usman.
Okky Madasari, sastrawan sekaligus aktivis, mengajak perempuan dan generasi muda, khususnya Gen Z, untuk lebih aktif berpartisipasi dalam politik.
“Partisipasi perempuan dan generasi muda bukan sekadar pelengkap, tetapi menjadi penentu perubahan. Mereka adalah generasi yang membawa harapan bagi demokrasi yang lebih inklusif,” kata Okky dalam paparannya.
Hasto Kristiyanto menambahkan, demokrasi di Sumut membutuhkan kepemimpinan yang jujur dan berintegritas. Ia mengkritik upaya pihak tertentu yang memaksakan figur pemimpin dengan kualitas yang buruk.
“Memaksakan kepemimpinan yang tidak berkualitas adalah bentuk pengkhianatan terhadap demokrasi. Kita harus memilih pemimpin yang membawa perubahan nyata,” tegas Hasto.
Sebagai puncak acara, Todung Mulya Lubis menyerukan perlawanan terhadap segala bentuk penyalahgunaan kekuasaan.
“Rakyat harus bangkit melawan penyalahgunaan kekuasaan. Demokrasi adalah hak kita bersama, bukan alat segelintir elite,” ujarnya dengan semangat.
Acara ini juga diwarnai dengan penampilan seni yang menyuarakan kritik sosial. Lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Maju Tak Gentar membuka diskusi, diikuti penampilan Usman Hamid, Fajar Merah, dan Elfonda Once Mekel yang membawakan lagu-lagu bertema perjuangan.
Sekitar 400 orang menghadiri forum ini, yang terdiri dari aktivis, akademisi, mahasiswa, dan masyarakat umum. Mereka menyampaikan apresiasi terhadap upaya para tokoh nasional dalam menjaga nilai-nilai demokrasi.
“Kami berharap forum seperti ini dapat terus digelar untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya memilih pemimpin yang jujur dan berintegritas,” ujar salah satu peserta.***
Artikel ini telah tayang di IndoBisnis.co.id dan diharapkan dapat memberikan wawasan kepada pembaca tentang pentingnya menjaga demokrasi yang sehat, terutama menjelang Pilkada Serentak 2024.