JAKARTA, IndoBisnis – Saham PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), emiten yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 Januari 2025, kembali menjadi sorotan.
Setelah mencatatkan kenaikan harga hingga 10% pada perdagangan Jumat, saham ini menyentuh level Rp 7.150, menjadikannya salah satu saham paling panas di pasar modal.
RATU pertama kali menawarkan sahamnya kepada publik melalui initial public offering (IPO) di harga Rp 1.150 per lembar. Kini, hanya dalam dua pekan, nilainya telah melesat lebih dari lima kali lipat, tepatnya 521,74%.
Saham ini diperdagangkan di papan pemantauan khusus full call auction (FCA), yang memberikan pengawasan ketat terhadap saham-saham dengan volatilitas tinggi.
Di balik kenaikan fantastis saham RATU, sempat beredar rumor bahwa konglomerat Prajogo Pangestu menjadi anchor buyer dalam IPO perusahaan ini. Namun, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah meminta klarifikasi kepada PT Petrosea Tbk (PTRO), perusahaan yang juga terkait dengan Prajogo Pangestu.
Dalam keterangannya, manajemen PTRO menyatakan tidak mengetahui adanya keterlibatan tersebut. Sebagai informasi, Happy Hapsoro, pemilik manfaat akhir dari RATU, diketahui memiliki saham PTRO melalui PT Caraka Reksa Optima.
Saham Raharja Energi Cepu (RATU) sebelumnya sempat dikenakan suspensi oleh BEI pada 20 Januari 2025, menyusul kenaikan harga kumulatif yang signifikan.
Suspensi tersebut baru dicabut pada sesi pertama perdagangan 22 Januari 2025. Langkah ini dilakukan sebagai bentuk perlindungan bagi investor agar dapat mempertimbangkan keputusan investasi secara matang.
Sebelum itu, suspensi satu hari juga pernah dijatuhkan terhadap RATU pada 16 Januari 2025. Meski demikian, saham ini terus menunjukkan tren kenaikan tajam setelah suspensi dicabut.
Analis pasar modal menilai lonjakan saham RATU didorong oleh ekspektasi tinggi terhadap potensi bisnis Raharja Energi Cepu. Namun, dengan volatilitas yang ekstrem, investor diimbau untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan.
Apakah lonjakan ini murni didorong fundamental, atau ada permainan spekulasi di balik layar? Pertanyaan ini masih menjadi teka-teki yang menarik perhatian publik dan pelaku pasar.***
