JAKARTA, IndoBisnis – Kemajuan teknologi, terutama di bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), diprediksi akan membawa dampak besar terhadap pasar tenaga kerja global. Berdasarkan laporan Forum Ekonomi Dunia (WEF) bertajuk Future of Work 2023, sebanyak 83 juta pekerjaan diperkirakan akan hilang dalam periode 2023-2027.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa sekitar 23% lapangan pekerjaan di berbagai industri akan mengalami perubahan drastis dalam kurun lima tahun ke depan.
Laporan WEF yang Melansir IndoBisnis, Sabtu (21/12/2024) menunjukkan bahwa disrupsi teknologi tak hanya menghilangkan sejumlah pekerjaan, tetapi juga menciptakan profesi baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Salah satu industri yang paling terdampak adalah sektor media, hiburan, dan olahraga, di mana sekitar 23% pekerjaan akan tergantikan oleh profesi baru. Sektor lain yang mengalami perubahan serupa meliputi:
- Pemerintahan
- Komunikasi digital dan teknologi informasi
- Real estat
- Layanan keuangan
- Transportasi dan rantai pasok
Namun, hilangnya pekerjaan ini juga membuka peluang munculnya pekerjaan baru yang menuntut keterampilan berbasis teknologi.
15 Profesi yang Menuju Kepunahan
Berikut daftar pekerjaan yang diperkirakan akan menghilang berdasarkan laporan WEF:
1. Teller bank
2. Petugas pos
3. Kasir dan loket
4. Data entry
5. Sekretaris dan administrasi
6. Staf pencatat stok (stock-keeping)
7. Staf akuntansi, pembukuan, dan payroll
8. Legislator dan pejabat pemerintahan
9. Staf statistik, asuransi, dan keuangan
10. Sales door-to-door, pedagang kaki lima, dan penjual koran
11. Satpam
12. Manajer kredit dan pinjaman
13. Penyelidik dan pemeriksa klaim
14. Penguji software
15. Relationship manager
Meskipun ada ancaman pengurangan pekerjaan, WEF juga mencatat bahwa perkembangan teknologi membuka peluang baru bagi individu yang mampu beradaptasi. Profesi yang berbasis teknologi, seperti pengembang perangkat lunak, analis data, dan spesialis kecerdasan buatan, akan semakin diminati.
Para pekerja disarankan untuk terus meningkatkan keterampilan mereka sesuai kebutuhan pasar. “Adaptasi adalah kunci untuk bertahan di era disrupsi teknologi,” demikian pernyataan WEF dalam laporannya.***
Artikel ini telah tayang di IndoBisnis.co.id.