WASHINGTON, IndoBisnis – Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat menciptakan dinamika baru di pasar keuangan global. Setelah sempat menguat pada awal pekan, reli pasar saham melambat pada Selasa (12/11/2024), dipicu kekhawatiran akan kebijakan perdagangan Trump yang berpotensi memicu perang dagang dengan China.
Indeks saham utama di Eropa dan Asia mencatatkan penurunan signifikan. Bursa Frankfurt dan Paris masing-masing turun lebih dari 2%, sementara indeks Hang Seng Hong Kong melemah hampir 3%. Di sisi lain, saham-saham di China juga tertekan karena kekecewaan terhadap pemerintah Beijing yang dinilai belum memberikan stimulus ekonomi yang cukup.
Dolar Menguat, Euro dan Pound Tertekan
Kebijakan ekonomi Trump yang pro-bisnis memperkuat dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama. Euro terperosok ke level terendahnya dalam setahun, sementara poundsterling turun hingga 1% terhadap dolar AS. Penguatan dolar ini didorong ekspektasi bahwa kebijakan fiskal ekspansif Trump akan mendorong inflasi dan membuat suku bunga tetap tinggi.
“Kebijakan Trump, seperti pemotongan pajak dan deregulasi, dipandang akan mendukung pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memicu inflasi,” kata Rodrigo Catril, analis dari National Australia Bank.
Sementara itu, dukungan Trump terhadap mata uang kripto memicu lonjakan harga bitcoin yang mencapai rekor tertinggi mendekati $90.000 (setara Rp1,2 miliar) pada Selasa (12/11).
Ketegangan Perdagangan dengan China dan Eropa
Kebijakan perdagangan proteksionis Trump menjadi sorotan utama. Presiden terpilih dari Partai Republik ini berjanji untuk mengenakan tarif hingga 60% pada barang-barang impor dari China, langkah yang dinilai dapat memperburuk hubungan kedua negara.
“Langkah-langkah terbaru dari Trump memperkuat kekhawatiran pasar tentang hubungan AS-China ke depan,” ujar analis independen Stephen Innes. Dilansir dari VOAIndonesia pada Sabtu (16/11/2024).
Selain China, Eropa juga diperkirakan akan terkena dampak dari kebijakan perdagangan Trump. Para analis memproyeksikan tarif tambahan pada barang impor dari Eropa, yang dapat memperlemah pasar saham di kawasan tersebut.
Fokus pada Kebijakan Federal Reserve
Pasar keuangan kini menantikan laporan indeks harga konsumen (CPI) AS yang akan dirilis pada Rabu (13/11). Data tersebut menjadi indikator penting bagi investor untuk memproyeksikan langkah Federal Reserve dalam rapat kebijakan moneter bulan depan.
“Kita asumsikan pemerintahan Trump jadi menjalankan kebijakan-kebijakan utamanya. Namun, skala dan waktu pelaksanaannya masih menjadi tanda tanya besar,” tambah Catril.
Masa Depan Pasar Global di Bawah Trump
Kemenangan Trump memicu optimisme pasar pada awalnya, terutama di Wall Street yang mencetak rekor baru pada Senin (11/11). Namun, aksi jual di pasar saham global mencerminkan keraguan atas kestabilan ekonomi ke depan, terutama dengan potensi perang dagang dan inflasi tinggi.***
Artikel ini telah tayang di IndoBisnis.co.id.