JAKARTA, IndoBisnis – Bali menjadi saksi gelaran pertemuan ke-20 Pimpinan Lembaga Antikorupsi Negara-negara ASEAN (ASEAN-PAC) yang diwarnai dengan agenda inovatif Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Dalam acara bertajuk Anti-Corruption Film Festival (ACFFEST), KPK memanfaatkan seni perfilman sebagai media edukasi antikorupsi yang menyasar masyarakat luas, Rabu (4/12).
Wakil Ketua KPK Alexander Marwata menegaskan bahwa film memiliki daya tarik tersendiri dalam menyampaikan pesan moral tanpa kesan menggurui.
“Film adalah media yang mampu menyampaikan pesan moral secara mendalam. Melalui cerita, kita bisa menggerakkan perubahan dan menciptakan budaya berintegritas di Asia Tenggara,” ujar Alex di Ballroom Bali Beach Convention, Sanur, Bali.
Dalam tema “Satu Dekade Berkarya: Berantas Korupsi Lewat Seni,” ACFFEST 2024 tak hanya menampilkan film, tetapi juga menghadirkan diskusi bersama sineas terkemuka.
Alex menyebutkan bahwa seni dapat menjadi pendekatan kreatif dalam memberantas korupsi, termasuk memuat nilai-nilai integritas seperti kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab.
“Kami berharap festival ini dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan menjadi inspirasi gerakan antikorupsi di kawasan ASEAN,” tambahnya.
Salah satu agenda utama ACFFEST adalah penayangan enam film antikorupsi dari negara anggota ASEAN, yakni Indonesia, Singapura, Thailand, Myanmar, Malaysia, dan Filipina. Film-film tersebut mengangkat isu-isu seperti keserakahan, ketidakadilan, dan dampak korupsi terhadap kehidupan masyarakat.
Delegasi asal Singapura, Chua Mei Xuan, mengapresiasi langkah KPK dalam memanfaatkan seni untuk menyuarakan pesan antikorupsi. “Acara ini sangat inovatif. Kami berharap inisiatif seperti ini terus berlanjut dan mempererat kerja sama antarnegara ASEAN dalam pemberantasan korupsi,” katanya.
Selain pemutaran film, acara ini juga dimeriahkan diskusi bertema “Short Message, Big Impact.” Direktur Sosialisasi dan Kampanye KPK Amir Arief menyampaikan pentingnya komunitas sineas dalam menggerakkan kesadaran sosial.
“Film pendek adalah alat yang kuat untuk menyampaikan pesan dengan cara yang efektif dan dapat menjangkau masyarakat secara luas melalui media sosial,” ujar Amir.
Sutradara Guru-Guru Gokil, Sammaria Simanjuntak, turut berbagi tips kepada sineas muda. Ia menekankan pentingnya narasi yang kuat.
“Gunakan pendekatan ‘show, not tell’ untuk membuat pesan lebih mengena. Film antikorupsi harus menyentuh emosi penonton dengan konflik yang relevan,” sarannya.
Rangkaian acara ACFFEST 2024 akan dilanjutkan dengan Community Screening pada Kamis, 5 Desember 2024, di Denpasar, Bali, yang menampilkan 25 film pendek finalis.
Puncak acara berupa malam penghargaan akan digelar pada Jumat, 6 Desember 2024, untuk memberikan apresiasi kepada para sineas dan mitra yang mendukung pemberantasan korupsi melalui seni perfilman.
Masyarakat yang ingin berpartisipasi dapat mendaftar melalui link resmi ACFFEST 2024.
Dengan melibatkan negara-negara ASEAN, ACFFEST diharapkan mampu menciptakan ekosistem seni yang mendukung pemberantasan korupsi.
KPK optimistis bahwa seni, khususnya film, dapat menjadi jembatan bagi pesan moral yang kuat, menjangkau lebih banyak audiens, dan membangun generasi yang lebih sadar akan pentingnya integritas.
Apakah seni dapat menjadi solusi inovatif dalam pemberantasan korupsi? Waktu akan menjawab, tetapi upaya ini adalah langkah awal yang patut diapresiasi.***
Artikel ini telah tayang di IndoBisnis.co.id.