Maluku Utara, IndoBisnis – Di tengah gencarnya pembangunan infrastruktur, sebuah desa di ujung barat Pulau Bacan masih bergulat dengan masalah yang belum terpecahkan sejak puluhan tahun: air bersih.
Desa Tawabi, yang terletak di Kecamatan Bacan Barat, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, hingga kini belum menikmati akses terhadap air bersih yang layak.
Kepala Desa Tawabi, Rais Konoras, mengaku frustrasi karena upaya yang dilakukan selama ini belum membuahkan hasil.
“Saya frustasi menghadapi masalah air ini. Ini sudah menjadi masalah sejak saya lahir,” kata Rais dengan nada putus asa saat diwawancarai IndoBisnis.co.id, Jumat (31/5/2024).
Demi memenuhi kebutuhan dasar seperti mandi, mencuci, dan memasak, sekitar 137 rumah tangga di Tawabi harus bergantung pada air dari Pulau Jere di Kecamatan Kasiruta Timur.
Perjalanan sejauh hampir 5 kilometer itu ditempuh dengan perahu setiap harinya—sebuah gambaran kontras dengan kondisi sebagian wilayah lain di Indonesia yang menikmati air ledeng dan PDAM.
Rais menambahkan bahwa pihaknya telah dua kali mencoba pengeboran air tanah, namun hasilnya nihil. “Airnya asin dan tidak bisa dipakai,” ujarnya.
Sebagian warga yang berprofesi sebagai nelayan kadang membawa jeriken kosong ke Ternate atau Panamboang saat berlayar, hanya untuk membeli air bersih.
“Ini bukan soal kemauan, ini soal kebutuhan yang sangat mendasar,” ungkapnya.
Kondisi ini menyoroti betapa timpangnya distribusi infrastruktur dasar di daerah kepulauan, terutama yang jauh dari pusat pemerintahan.
Sementara program air bersih menjadi prioritas nasional, kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyak desa yang harus mengarungi laut demi setetes kehidupan.
Kini, harapan warga Tawabi hanya satu: pemerintah tidak lagi menutup mata. Karena air bersih bukanlah kemewahan—melainkan hak yang seharusnya dijamin negara.***