JAKARTA, IndoBisnis – Harga emas batangan Antam 24 karat naik Rp 2.000 per gram pada Senin (17 Maret 2025), menjadi Rp 1.741.000 per gram.
Namun, kenaikan serupa juga terjadi pada harga buyback Logam Mulia, yang kini Rp 1.590.000 per gram.
Selisih keduanya tetap menganga di Rp 151.000 per gram—sebuah jurang yang bisa menggagalkan strategi investasi emas jika diabaikan.
Di tengah sentimen pasar yang fluktuatif, kenaikan harga emas Antam hari ini mungkin terlihat menggembirakan.
Namun, para investor pemula perlu waspada: selisih besar antara harga beli dan jual kembali (buyback) emas Antam justru menjadi “biaya tersembunyi” yang kerap dilupakan.
Jika tidak dihitung matang, keuntungan dari kenaikan harga bisa tergerus oleh spread ini.
Antam secara konsisten menetapkan dua jenis harga:
1. Harga Jual (Logam Mulia): Rp 1.741.000 per gram (naik Rp 2.000).
2. Harga Buyback: Rp 1.590.000 per gram (naik Rp 2.000).
Artinya, investor harus menunggu kenaikan harga minimal Rp 151.000 per gram hanya untuk mencapai titik impas.
Baru di atas angka itu, keuntungan mulai mengalir. Lantas, bagaimana dengan performa emas dalam setahun terakhir?
Kalkulasi Menarik:
– Investor Juni 2023 (harga Rp 1.063.000/gram) kini untung 49,58%.
– Investor Maret 2024 (Rp 1.193.000/gram) meraih untung 33,28%.
– Pembeli Februari 2025 (Rp 1.671.000/gram) justru rugi 4,85%.
– Pembeli 10 Maret 2025 (Rp 1.693.000/gram) rugi 6,08%.
Data ini menunjukkan, emas tetap menguntungkan jika dipegang jangka panjang, tetapi berisiko bagi investor yang ingin cepat cair.
“Kenaikan harga beli dan buyback hari ini seperti pisau bermata dua. Jika harga stagnan, spread Rp 151.000/gram bisa jadi bumerang,” ungkap seorang analis logam mulia.
Mengapa Ini Penting?
Investor emas batangan harus paham bahwa keuntungan tidak hanya ditentukan oleh kenaikan harga, tetapi juga kemampuan menutup selisih jual-beli.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, emas tetap jadi safe haven, namun keputusan investasi perlu disertai analisis matang dan kesabaran.***